Vital sign terdiri dari tekanan darah, pulsus, laju respirasi, dan suhu tubuh. Terdapat dua keuntungan dari pengukuran vital sign selama pemeriksaan awal. Pertama, penentuan nilai dasar normal dapat memastikan perbandingan standar saat kegawatdaruratan terjadi selama perawatan. Jika kegawatdaruratan terjadi, pengetahuan pasien tentang nilai normal penting untuk menentukan keparahan masalah. Sebagai contoh, jika pasien hilang kesadaran secara tidak terduga dan tekanan darahnya 90/50 mmHg, perhatiaannya tentu akan berbeda pada pasien yang memiliki tekanan darah normalnya 115/65 mmHg dibanding dengan pasien dengan hipertensi yang memiliki tekanan darah normalnya 180/110 mmHg. Contoh kedua, pasien yang berada pada keadaan shock mungkin akan baik-baik saja.

Manfaat kedua adalah untuk mengidentifikasi abnormalitas baik yang sudah terdiagnosis maupun yang belum terdiagnosis. Sebagai contoh, pasien dengan hipertensi parah yang tidak terkontrol yang tidak teridentifikasi dan tidak mendapat manajemen yang baik akan sangat berbahaya. Tujuan dari pemeriksaan ini hanya untuk mendeteksi buat untuk mendiagnosis. Jika terdapat temuan abnormalitas yang signifikan, pasien harus dirujuk ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut

1. Tekanan darah. Tujuan dari pemeriksaan tekanan darah adalah untuk menentukan adanya normotensi, hipertensi atau hipotensi.

Tekanan darah diukur dengan pemeriksaan indirek pada ekstremitas atas dengan maset tekanan darah dan stetoskop. Maset harus memiliki lebar yang tepat untuk mendapatkan pengukuran yang akurat. Idealnya, kantong dalam manset harus mencakup 80% dari keliling lengan, dengan pusat kantong diatas arteri brakialis. Standar lebar manset untuk rata-rata lengan dewasa yaitu 12-14 cm. manset yang terlalu kecil memberikan hasil lebih tinggi,sedangkan manset yang terlalu besar menghasilkan nilai yang lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Manset yang lebih sempit tersedia untuk digunakan pada anak-anak, dan manset yang lebih lebar atay manset paha digunakan untuk pasien obesitas atau pasien dengan tubuh yang besar. Untuk alternatif pasien obesitas, manset ukuran standar dapat diletakkan pada lengan bawah dibawah fossa antecubital, dan arteri radialis dapat dipalpasisehingga hanya hanya nilai sistolik rata-rata yang dapat terukur. Instrumen yang mengukur tekanan darah pada pergelangan tangan atau jari mulai populer, namun, penggunaannya kurang disarankan karena potensi ketidakakuratannya. Stetoskop harus yang memiliki standar yang baik. Bell end (cup) lebih digunakan untuk auskultasi pada arteri brakialis; namun, penggunaan diafragma (datar) lebih sering digunakan dan dapat diterima.

Metode auskultasi pada pengukuran tekanan darah yang direkomendasikan American Heart Association adalah sebagai berikut:

  • pasien harus didudukan dengan nyaman dengan tidak menyilangkan kaki. Kemudian manset segera dipasangkan pada lokasi arteri brakialis. Manset diletakkan ketat pada lengan atas dengan lengan baju yang sudah disingkap, dengan batas bawah kira-kira satu inchi diatas fossa antecubital. Manset standar memiliki tanda panah yang didesain menunjukkan titik tengah manset, yang berpusat diatas arteri brakialis yang sebelumnya telah dipalpasi (pada aspek medial pada tendon bisep).
  • Selanjutnya, saat pulsus radialis dipalpasi, manset dikembangkan hingga pulsus radial menghilang; dikembangkan hingga ditambahkan 20-30 mmHg (tekanan sistolik palpatoir).
  • Stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis yang sebelumnya telah dipalpasi yang membelok pada siku dalam fossa antecubital (tidak menyentuh manset), dan seharusnya tidak ada suara yang terdengar.
  • Katup tekanan perlahan dilepaskan, jarum menurun 2-3 mmHg perdetik. Seiring jarum menurun, titik yang dicatat yaitu suara denyut pertama (suara Korotkoff) yang terdengar. Pada titik ini dicatat sebagai tekanan sistolik.
  • Selanjutnya jarum masih berlanjut turun, suara denyut menjadi lebih kencang, sehingga berkurang hingga detak yang terdengar melemah untuk beberapa saat dan menghilang seketika. Indeks tekanan diastolik yang paling tepat saat suara hilang sempurna. Kadang, suara redaman dapat terdengar berlanjut jauh dibawah tekanan diastolik sesungguhnya. Jika hal ini terjadi, suara meredam pertama digunakan sebagai tekanan diastolic.
  • Pada pasien usia lanjut dengan tekanan pulsus yang lebar, bunyi Korotkoff mungkin tidak dapat terdengar antara tekanan sistolik dan diastolic, dan mungkin muncul kembali jika pengempisan manset dilanjutkan. Fenomena ini disebut auscultatory gap.

Pada dewasa normal sehat, tekanan sistolik normal berkisar 90-140 mmHg dan umumnya meningkat seiring usia. Nilai normal tekanan diastole berkisar 60-90 mmHg. Tekanan pulsus bervariasi diantara tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi pada orang dewasa ditandai dengan tekanan darah sama atau lebih besar dari 140/100 mmHg. Sangat dianjurkan untuk mengukur tekanan darah dua kali selama perawatan, diberi jeda beberapa menit, dan pengukuran akhir diambil dari rata-rata dua pengukuran.

2. Nadi/Pulsus

Prosedur standar untuk memeriksa pulsus adalah

  • Palpasi arteri karotis pada tepi trakea atau arteri radial pada sisi ibu jari lengan. . Penggunakaan arteri karotis untuk pengukuran pulsus memiliki beberapa keuntungan. Pertama, arteri karotis cukup familiar karena umumnya dokter gigi mendapatkan pelatihan resusitasi jantung paru (RJP). Kedua, arteri ini cukup menggambarkan karena merupakan arteri utama yang mensuplai otak; terlebih pada situasi kegawatdaruratan, arteri ini dapat dipalpasi ketika arteri perifer lainnya tidak dapat dipalpasi. Terakhir, arteri ini letaknya mudah ditemukan dan mudah dipalpasi karena ukurannya. Untuk pemeriksaan terbaik sebaiknya dilakukan selama satu menit penuh untuk mendeteksi adanya ritme irregular.
  • Meraba dengan tiga jari tangan (digiti Ii, ii, iv manus) tepat di atas arteri radialis. Digiti II dan IV digunakan untuk fiksasi dan digiti II untuk deteksi denyutan. Setelah denyut nadi teraba jari-jari dipertahankan pada posisinya kemudian dilakukan pengukuran frekuensi dan irama nadi.

Pulsus harus dipalpasi selama 1 menit sehingga ritme abnormal dapat terdeteksi. Sebagai alternative, dapat dipalpasi selama 30 detik dan dikalikan 2. Untuk denyut teratur hitung frekuensi nadi selama 15 detik dikalikan 4 (atau Alecs count hitung cepat selama  6 detik dikalikan 10).

Rata-rata pulsus orang dewasa normal adalah 60-80 kali permenit. Jika pulsus lebih dari 100 kali permenit disebut takikardia, sedangkan juka pulsus kurang dari 60 kali permenit disebut bradikardia. Nilai pulsus abnormal dapat menjadi tanda dari kelainan kardiovaskulat namun dapat dipengaruhi oleh latihan fisik, keadaan pasien, kecemasan, obat, atau demam. Pulsus normal merupakan serial dari ritme detak jantung yang terjadi pada interval yang regular. Ketika detak terjadi pada interval yang ireguler, pulsus disebut ireguler, disritmia atau aritmia.

3. Pernafasan

Tujuan : untuk menilai frekuensi pernafasan

Teknik : Operator berdiri di belakang dan tanpa sepengetahuan pasien kemudian dilakukan observasi sangkar dada. dihitung jumlah gerakan sangkar dada (siklus fase inspirasi dan ekspirasi) dalam 1 menit.

Intepretasi : kecepatan respirasi normal

  • Bayi adalah 24-30 siklus per menit
  • Anak-anak adalah 20-24 siklus per menit
  • Remaja dan dewasa muda adalah 12-18 siklus per menit
  • Dewasa adalah 8-12 siklus per menit

4. Suhu Tubuh

Tujuan : untuk menentukan suhu tubuh penderita

Teknik : menggunakan berbagai alat tera suhu tubuh , disesuaikan alat tera yang digunakan

Intepretasi :

  • suhu tubuh orang dewasa normal 36,1 C sampai dengan 37,5 C
  • sub febris 37,5 C sampai dengan 38,5 C
  • Febris di atas 38,5 C

 

 

Sumber :

Little, JW., Falace, DA., Miller CS., Rhodus, NL., , Dental Management of the Medically Compromised Patient, 7th ed., Mosby elsevier