Fakultas Pendidikan Vokasi Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia menggelar Capping Day sekaligus pengukuhan mahasiswa dari lima prodi fakultas tersebut di Ign Washington Purba Hall, Jumat (3/5/2024).
Hadir di acara itu Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan Dr Parlindungan Purba SH MM, Rektor USM Indonesia Dr Dra Ivan Elisabeth Purba SH MKes diwakili Wakil Rektor I USM-Indonesia Ns. Janno Sinaga, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB, Ketua Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) Sumut Prof Dr H Bahdin Nur Tanjung MM, para dosen serta orangtua mahasiswa.
Dekan Fakultas Pendidikan Vokasi Elsarika Damanik MKes PhD dalam laporannya mengatakan, sebanyak 156 mahasiswa mengikuti acara tersebut
dari lima program studi yakni, Prodi D-3 Keperawatan, D-3 Kebidanan, D-3 Teknik Laboratorium Medis, D-3 Teknologi Elektro Medis, D-3 Analisa Farmasi dan Makanan.
Dekan juga mengumumkan tiga mahasiswa yang memiliki indeks prestasi terbaik selama satu semester di masing masing prodi.
Ketua ABPTSI Sumut Prof Bahdin Tanjung mengucapkan apresiasi kepada mahasiswa yang mengikuti Capping Day dan Pengukuhan tersebut. Menurutnya, dengan begitu, para mahasiswa sudah siap memasuki dunia kesehatan dalam melayani masyarakat.
Dia menegaskan, mahasiswa tidak perlu khawatir kuliah di perguruan tinggi swasta. Soalnya, ucap Bahdin, saat ini perguruan tinggi swasta dan negeri sudah sama dan sejajar. Baik pendidikan maupun akreditasi perguruan tinggi juga sama.
“Ijazah dari USM Indonesia sama dengan lulusan perguruan tinggi manapun. Jadi tidak perlu ragu memasukkan anak ke perguruan tinggi swasta. Demikian menurut undang undang,” tegasnya.
Hal serupa disampaikan Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan Dr Parlindungan Purba. Ia melihat sejauh ini semua lulusan pendidikan vokasi USM Indonesia sudah bekerja sesuai bidangnya. Apalagi saat ini dan ke depan, semua lulusan prodi vokasi sangat dibutuhkan di dunia kesehatan.
“Jangankan untuk kebutuhan luar negeri, untuk dalam negeri saja kebutuhannya tidak terpenuhi,” ujarnya.
Seremonial Capping Day dan Pengukuhan terlihat berlangsung khidmat. Para mahasiswa mengucapkan janji pemasangan lilin serta dilanjutkan dengan penyampaian kisah singkat Florence Nightingale termasuk juga perjuangan dan visioner almarhumah ibunda Parlindungan Purba, dan juga Ivan Elisabeth Purba dalam membangun pendidikan kesehatan di Sumut.
Capping Day tak lepas dari mengenang pejuang kesehatan, Florence Nightingale, sang pelopor keperawatan kelahiran kota Florence, Italia pada 12 Mei 1820. Dengan bekal pengalaman yang luas, ia pergi ke Inggris, dan mengepalai sebuah institusi yang khusus merawat para wanita. Instusi itu bernama Establishment for Gentle Women during Ilness, kemudian berubah menjadi sebuah rumah sakit.
Pada malam hari, Florence selalu datang melihat pasiennya, dan berjalan di tengah bangsal yang sunyi untuk memeriksa pasien dengan membawa lampu, sehingga ia dijuluki The Lady with The Lamp, atau wanita pembawa lampu.
Yayasan Sari Mutiara juga memiliki tokoh, yang mempunyai semangat tinggi, ulet dan tangguh. Ia adalah Bidan Sauria Sitanggang yang telah berhasil memelopori pelayanan kesehatan, serta pendidikan kesehatan di Yayasan Sari Mutiara Medan.
Perempuan kelahiran Samosir, 20 Juli 1938 ini menorehkan sejarah dengan karya dan perjuangannya menghasilkan banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan. Ia terinspirasi dari semangat dan perjuangan Florence Nightingale.
Bermodalkan kemampuan dan ijazah bidan yang dimiliki, Sauria Sitanggang mendirikan klinik kecil yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, keturunan. Hal itu sebagaimana yang dicontohkan oleh Florence Nightingale.
Setelah pengucapan janji, pemasangan topi dan penyalaan lilin, serta penyematan bunga, menjadi penanda telah muncul generasi penerus pejuang kesehatan pendidikan Yayasan Sari Mutiara yang kompeten dan unggul dalam profesi sebagai tenaga kesehatan.
Pemasangan topi melambangkan kesucian/sebagai mahkota yang terlihat dari bentuk dan warna topi tersebut. Penyalaan lilin melambangkan kesiapan untuk mengabdikan dan memberikan pelayanan serta penyuluhan kesehatan kepada orang sakit maupun sehat, baik individu, keluarga, dan masyarakat.
Sedangkan penyematan bunga melambangkan tanda resminya mahasiswa yang siap belajar dan bekerja keras untuk menjadi tenaga kesehatan berkualitas sehingga dapat menciptakan kondisi kesehatan masyarakat yang lebih baik.